Tuesday, March 27, 2012

Mengapresiasi Teknologi Lawas

1955
Zeiss Ikon Box Tengor 56/2

Sejenak melihat kebelakang saat teknologi tumbuh & berkembang di tengah-tengah keluarga. Dari tahun 50an hingga 90an. Dari yang sangat sederhana hingga sangat canggih. Dari yang mechanical hingga digital. Kamera film, radio transistor, piringan hitam, kaset lagu, kaset video berubah dari waktu ke waktu.


1969 radio transistor & 1979 gramophone.

Sejarah perkembangan teknologi, style, trend, desain ini yang mendorong kami mengkoleksi ulang barang-barang gadget yang pernah kami miliki, dari bongkar gudang rumah hingga ke pasar loak atau bahkan eBay.

1979 Yashica twin lens reflex

Apa tujuan kami mengkoleksi sampah atau barang yang sudah tidak memiliki fungsi nyata? Collecting tells the truth (meminjam istilah kolektor gadget Eric Wrobbel). Lebih lanjut:
Collecting helps dig the truth out from under all the half-remembered and dis-remembered facts of the past. Collecting shows us things as they actually were. This often comes as quite a surprise, and sometimes an embarrassment.
The truth is, kami ingin mewarisi apa yang kami alami dari orang tua kami untuk dipelajari & dinikmati anak-anak kami.


1984 Sony Trinicon camcorder & 1986 Sony Handycam V8

Memegang, mempelajari gadget jadul bersama anak-anak, bukan demi memuaskan hasrat nostalgia semata, tapi menikmati artefak sejarah saat gadget tersebut diproduksi & umum digunakan.
Seperti berkunjung ke museum melihat barang bersejarah, mereka bertanya-tanya:
"Apa itu floppy disk? Apa itu kaset? Apa itu reel View-Master?"
Yang menarik saat mereka menyaksikan sendiri bagaimana kamera Polaroid bekerja. "Ini adalah asal muasal dari Instagram!" ujar kami ketika mereka ber-WOOOW melihat gambar tercetak di lembar kertas Polaroid. "Is this magic?" tanya mereka.


1980 Texas Instruments Little Professor calculator


1984 Game Frogger di Apple II

Perkembangan teknologi yang paling terasa cepat adalah komputer & mikroprosesor. Anak-anak generasi sekarang tidak lagi mengenal monitor monokrom atau 4 warna. Tidak lagi mengenal floppy disk. Tidak lagi mengenal Nintendo Game & Watch yang hanya berwarna hitam putih dengan suara beep sederhana. Tidak lagi mendengar suara robotic datar dari Speak & Spell.


1987 Mengedit film dengan viewer, roller & splicer

Dengan memperkenalkan artefak bersejarah itu, sedikit banyak berharap mereka melihat dengan mata kepala sendiri, memegang dengan tangan sendiri, mengalami sendiri untuk dijadikan sebagai bekal pengetahuan tentang teknologi di masa depan. Experience ini diharapkan jadi pijakan, decision atau inspiration saat mereka berhadapan dengan teknologi baru kelak, apakah mereka menjadi customer atau creator, digital smart atau digital dumb.
Kutipan lagi dari Eric Wrobbel:
But old things—things of quality—fill an essential role. They inspire the creators of new things to do good work. Appreciating old things helps guide people today to make things that can stand proudly next to the best of the past.
Dengan kata lain, kami tidak mau menjadi generasi terakhir yang merasakan film photography, memegang Polaroid, menikmati View-Master, mendengarkan piringan hitam atau pita kaset. Berharap apa yang dialami oleh eyangnya, juga dialami cucu-cucunya. Membekali pengetahuan generasi berikutnya untuk menggunakan teknologi secara bijak & optimal, untuk berkarya lebih baik di masa mendatang.

kidsgadget1
2012 
Agfa Box 50 camera, Polaroid SX-70 OneStep camera & Kodak Instamatic 100 camera

Useful link:
- Eric Wrobbel
- A brief history of children's portable computing devices

4 comments: